Pages

Thursday, June 13, 2013

Hanya Fiktif Belaka

"Aku nggak bisa milih, dua-duanya sama-sama bagus !"
Seringkali kita melontarkan kalimat tersebut ketika kita dihadapkan pada dua pilihan yang kita anggap sulit. Seringkali juga kita mengambil keputusan yang salah dalam memilih diantara dua pilihan itu. Mengapa kita selalu dihadapkan pada pilihan ? Apa karena "Hidup Itu Pilihan" ?.Atau karena "Hidup Itu Penuh Pilihan" ?. Dan kenapa kita beranggapan pilihan itu hanya ada dua ? Kenapa bukan tiga, empat atau bahkan 10 ?? Kan jadi enak, banyak pilihan. Tapi kalo banyak-banyak juga bingung pilih yang mana. O.o ?

Kali ini, yang aku alami ini adalah memang hanya dua pilihan. Bukan aku yang memilih, tapi akulah pilihan tersebut. Aku tidak merasa sebagai pilihan yang terbaik, tapi aku merasa sebagai pilihan yang pantas untuknya. Kenapa aku bisa merasa seperti itu ?. Ya karena aku yang lebih dulu. Aku yang lebih dulu dia sukai, yang lebih dulu dia sayang, yang lebih dulu dia perhatikan, yang lebih dulu menghabiskan banyak waktu dengannya, yang lebih dulu menjadi PRIORITASnya, dan yang lebih dulu ada di hatinya.... sebelum datang yang lain. 

Dia, dihadapkan pada dua pilihan. Dua orang yang dia sayang. Dua orang yang menyayangi dia. Dia terlalu bingung dalam memilih. Dia tidak ingin kehilanganku dan juga tidak bisa mengakhiri begitu saja hubungannya dengan yang lain itu. Tapi bagaimanapun juga, yang namanya sayang sama dua orang di waktu yang bersamaan seperti ini nggak mungkin rasa sayang yang dia punya sama besar untukku dan orang lain itu. Nggak mungkin perhatian yang dia berikan sama besar dengan perhatiannya ke cewe itu. Ya, cewe yang sudah bisa disebutnya sebagai pacar. Aku bahkan tidak tahu-menahu kapan mereka mulai dekat, kapan mereka mulai sering keluar bareng, kapan mereka sering BBM-an, dan kapan mereka mulai pacaran.

Aku memang tidak banyak tahu dengan hubungan mereka, tapi hanya indera perasaku (baca : hati) yang sering membisikkan bahwa ada yang janggal dengan mereka. Ada yang disembunyikannya dariku dan aku bisa dengan cepat mengetahui itu. Ibaratnya nih nyimpen bangkai tikus di kolong tempat tidur, pastinya 2-3 hari lagi bakal kecium kan tuh busuknya ??. Maka seperti itulah aku mengetahui itu semua. Sedikit demi sedikit aku mulai mengetahui apa yang sebenarnya dan mulai sadar bahwa aku akan kehilangan (atau bahkan sudah kehilangan) orang yang sayang sama aku. Dan paranhya lagi, aku baru menyadari bahwa aku juga mulai sayang dia. Tapi semua terlambat sudah :)

Dia, mulai sadar bahwa dia punya dua pilihan. Aku atau cewe itu. Tapi hubungan mereka sudah terlalu jauh, maka aku putuskan untuk mundur perlahan. Move on secara berkala. Dia, mengaku masih sayang aku tapi tidak bisa mengakhiri hubungannya dengan yang lain. Aku rasa, aku yakin walaupun dia masih sayang aku tapi tetap saja cewe itu yang lebih dia sayang, yang lebih dia utamakan, dan yang lebih dia hargai. 

"Don't be afraid to letting go of what should be go"
Aku dan dia. Kita. Kita bertemu untuk saling melepas rindu, tapi malah saling membunuh. Senyuman itu, yang ada di wajah kita saat kita saling bertemu hanyalah sebuah topeng untuk menyembunyikan sakit itu. Pembicaraan kita, candaan kita hanya menggoreskan banyak luka di hati masing-masing. Kita saling menanyakan kabar hanya untuk sekedar basa-basi agar pembicaraan ini tidak segera berakhir. Kita berdua, bertemu hanya untuk saling melukai. Kita yang buat cerita itu, kita yang buat kenangan itu, kita juga yang bisa mengahapusnya. Cuma kita yang berhak memutuskan apakah kenangan itu harus hilang dari ingatan kita atau tidak. 


Simpan aku dalam hatimu, jangan di otakmu. Karena otakmu akan dengan mudah melupakanku. 

Dan ketika suatu saat kamu menemukan tulisan ini, ketahuilah aku masih belum bisa merelakanmu untuk bahagia. Meski dengannya. 




NB : Aku tulis ini hanya untuk memuaskan hati saja. Tidak ada niat untuk curhat atau mencuri simpati atau apapun itu. Semua kata-kata di dalam tulisan ini keluar dengan liar dari otak dan mengalir deras melalui jari-jari ku :). Dan ingat #HanyaFiktifBelaka. 




Regards,

Alis Nyambung.

No comments:

Post a Comment